Saturday, February 1, 2020
Ephemeral
Suasana kelas selalu ribut saat jam istirahat. Vallery yang ingin menyendiri, pergi dari kelas menuju taman belakang sekolah. Tempat itu rindang dan sunyi. Cocok untuk menyendiri, seperti yang dilakukan Vallery sekarang. Vallery duduk di kursi di bawah pohon mangga untuk mengistirahatkan matanya sejenak.
“Val, isitirahat udah mau selesai loh. Mending kamu balik ke kelas deh, dibanding nanti kamu dihukum” suara Arsen mengganggu suasana hening yang sedang Vallery cari.
“Males, Sen. Lagian habis ini pelajaran fisika, pusing tahu” jawab Vallery dengan mata masih tertutup.
“Vallery, cepat kembali ke kelas sekarang!” perintah Arsen dengan tegas, tapi Vallery tetaplah Vallery.
“Mau ke kelas sekarang atau aku panggilin Orion?”
“Panggil aja sana kalo bisa. Lagian yang bisa lihat dan dengar kamu kan cuma aku” Arsen tidak menghiraukan Vallery. Ia terus berjalan, karena Arsen yakin Vallery belum tahu satu fakta tentang Orion. Baru saja Arsen beranjak, Vallery sudah memanggil namanya.
“Sen, kamu tahu gak arti nama aku? Nama aku berarti kuat dan pemberani. Tapi, kenapa nama itu nggak berlaku di kehidupan ku? Aku orang yang lemah dan penakut. Selamatin kamu dari mafia gila itu aja aku gagal” Vallery mulai menertawai hidupnya yang miris.
Sebagai anak tunggal, Vallery dituntut untuk selalu sempurna. Terlebih lagi keluarga Vallery merupakan konglomerat. Orang tua Vallery selalu mengatur hidup Vallery.Teman yang benar-benar bisa dianggal teman saja saja dia hanya punya Orion dan Arsen. Itupun juga karena mereka anak rekan kerja orang tuanya. Selain itu, teman-teman yang lainnya hanya mendekati Vallery ketika butuh saja. Selebihnya, mereka membenci Vallery.
“Sen, kenapa kamu duluan yang pergi? Kenapa kamu malah selamatin aku dari mafia itu? Harusnya aku yang ketembak saat itu. Aku mau ikut kamu, Sen. Aku mau bebas. Aku capek. Aku hidup juga tidak ada gunanya. Mama sama papa pasti lebih seneng kalo aku ga ada” tangis Vallery pun pecah.
“Val! Kau seharusnya lebih mensyukuri hidup. Diluar sana ada banyak orang yang bahkan lebih menderita dibanding kamu. Kamu sudah diberi kesehatan dan hidup mu berkecukupan. Seharusnya kau bersyukur untuk itu, Val” Nada bicara Arsen mulai naik. Ia sangat tidak menyukai seseorang yang tidak bersyukur, karena menurutnya itu membuang rahmat yang telah Tuhan berikan. Arsen kini kembali duduk di sebelah Vallery dan tepat saat Arsen baru duduk bel pertanda istirahat telah berakhir pun berbunyi.
“Val, udah bel tuh. Balik ke kelas sana” Arsen tahu Vallery sedang ingin sendiri, tapi dia masih harus sekolah. Karena itu, Arsen tidak menghiraukan Vallery yang sedang menangis dan tetap menyuruh Vallery untuk masuk. Tapi, respon Vallery masih sama. Vallery sedang tidak mau dipusingkan dengan soal fisika yang rumit. Tanpa soal fisika pun hidup Vallery sudah rumit.
“Disini kamu rupanya. Aku cariin dari tadi padahal.” itu Orion yang berbicara. Dia sudah mencari Vallery sedari tadi.
“Loh Val, kamu kenapa nangis?” tanya Orion. Orion berusaha menyentuh pundak Vallery. Tapi, Vallery malah menghempaskan tangan Orion.
“Apaan sih. Mending kamu kembali ke kelas deh dibanding gangguin aku. Aku lagi mau sendiri” bukannya pergi Orion malah duduk di sebelah Vallery. Dia bahkan tidak peduli dia akan dihukum jika tidak kembali ke kelas sekarang.
“Aku tahu kamu masih kehilangan. Aku juga sedih, Val. Aku udah kehilangan sahabatku. Aku ngerasa aku udah gagal jadi sahabat yang baik. Tapi, aku sadar tidak ada yang abadi di dunia ini karena itu kita tidak bisa terjebak dalam kesedihan terus-menerus. Hidup kita masih terus berjalan. Aku yakin Arsen juga bakal lebih senang kalo kita ikhlasin dia. Kamu nggak sendirian Val. Kamu masih punya aku disisi mu” Orion membawa Vallery ke pelukan hangatnya. Membiarkan bajunya basah karena tangisan cewek itu. Mengelus punggung cewek itu seakan memberikannya kekuatan.
“Sekarang kamu mau cerita sama aku” tanya Orion dengan lembutnya tentu saja tanpa melepaskan pelukannya. Vallery Cuma bisa menggeleng kecil di pelukan Orion.
“Ya sudah, aku tanya ke Arsen langsung aja ya.. “
“Lucu kamu. Arsen kan udah beda alam sama kita”
“Terus dari tadi yang duduk di sebelah kamu siapa kalau bukan Arsen? “
“Glo....kamu bisa liat Arsen? “ Vallery terkejut, sampai tangisnya kini sudah berhenti. Bahkan dia saja sudah duduk tegak sekarang.
Pletak! Orion menjitak jidat Vallery. Yang membuat Vallery mengaduh kesakitan.
“Aku kan sudah sering bilang jangan panggil pakai nama tengah aku” Vallery hanya mendengus dan terpaksa mengulang pertanyaannya.
“Bapak Orion Aerglo Lazuardi yang terhormat. Apakah benar anda bisa melihat saudara Arsen Alvaro?“
“Jadi pacar dulu baru boleh nanya-nanya”
“Yon, kamu tahu kan aku nggak suka becanda”
“Ey, hidup itu harus diselingi candaan. Lagian, aku nggak bercanda kok tadi” jawab Orion sungguh-sungguh .
“Kalo gitu becandanya nggak lucu” Vallery pun memberikan tatapan mematikannya ke Orion.
“Yah, si Nyonya malah ngambek. Hmmm... menurut kamu?” Orion tersenyum ke arah Vallery.
"Yon...."
"Kasih tau gak ya?"
"Kasih tahu lah"
"Kalo ga mau gimana? Mau ngambek? Emangnya bisa ngambek sama aku?" Vallery cuma bisa merenggut.
“Lucu banget sih lu. Sayangnya kamu lebih sayang sama dia dari pada aku. Iya, aku bisa lihat Arsen dan mahluk-mahluk kasat mata lainnya. Dari dulu malah” Orion mengacak-acak rambut Vallery.
“Ih, kok kamu ga kasih tahu aku sih” Vallery memukul lengan Orion.
“Kan kamu nggak pernah nanya” Vallery hanya cemberut mendengarnya. Vallery tahu betul dia tak bisa benar-benar marah pada sahabatnya.
“Barusan nangis sekarang jiwa macannya udah keluar aja, Bu.” Ucap Orion sambil yang hanya di balas tatapan mematikan dari Vallery.
“Serah lu lah,Glo” Melihat tatapan tajam Orion, Vallery pun langsung meralat perkataannya.
“Orion maksud ku. Lagian kamu kenapa sih ga suka dipanggil Aerglo? Orangtua kamu kan udah kasih nama bagus-bagus ke kamu, unik pula namanya”
“Karena Orion itu lebih terang dari Aerglo. Aku pengin jadi terang buat semua orang, makanya aku lebih suka dipanggil Orion dibanding Aerglo. Termasuk jadi terang buat lo, Val” Jawab Orion.
“Gombal nih ceritanya mas?” canda Vallery tapi Orion Cuma menatap Vallery. Dari tatapan Orion ke Vallery semua orang juga tahu Orion sungguh-sungguh tidak Cuma bercanda.
“Maaf. Aku ga bisa balas perasaan kamu” cuma itu yang bisa Vallery ucapkan sekarang.
“Aku tahu. Tapi, kita masih bisa jadi teman kan?”
“Orion, kamu tahu kan kamu tuh sahabat terbaik aku selamanya” kini giliran Vallery yang menepuk-nepuk bahu Orion.
“Sahabat selamanya?” Vallery mengulurkan kelingkingnya kepada Orion untuk membuat janji.
“Sahabat selamanya” Balas Orion dan mengaitkan jari kelingkingnya dengan kelingking Vallery.
Tanpa disadari keduanya Arsen sedang tersenyum sekarang
“Kurasa ini sudah waktunya aku pergi. Jaga diri kalian sahabatku. Terlebih untukmu Vallery Alexia Kim, gadis yang mau berteman denganku yang memiliki banyak kekurangan ini juga satu-satunya gadis yang kucintai selain ibuku. Dan Orion, sobat terbaik ku. Tolong jagalah Vallery untuk ku. Selamat tinggal, kawan” monolog Arsen dalam hati. Arsen pun perlahan-lahan menghilang menuju tempat di mana Ia seharusnya berada. Surga.
Halo^^
Ini cerpen pertama aku. Maaf kalo ada kesalahan kata. Tolong berikan kritik dan sara. Terimakasih.^^
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Konser Kebhinekaan Suluh Nusantara
Konser Kebhinekaan Suluh Nusantara. Konser ini merupakan ide dari Sr. M. Albertine Op, selaku kepala yayasan Santa Dominikus Cirebon d...

No comments:
Post a Comment